Sabtu, 20 September 2014

Kisah Seorang Tukang Becak Tua

                Pagi ini aku teringat akan sebuah pengalaman yang cukup menyentuh hatiku. Nggak tau kenapa, aku jadi pingin nge-share pengalamanku di blog. Kejadian ini aku alamin beberapa bulan yang lalu, waktu aku masih liburan di kampung halamanku, Purwkerto. Waktu itu, aku sekeluarga baru selesai ibadah di sebuah gereja Kristen di Purwokerto. Kami sekeluarga nggak langsung pulang. Kami menunggu agak lama di dalam gereja karena ada keperluan. Sementara kami sekeluarga masih berada di dalam gereja, orang2 yang lain sudah berhambur keluar gereja dan bergegas pulang. Beberapa masih keliatan asyik ngobrol di dalam gereja, ada juga yang asyik ngobrol di luar. Setelah keperluan kami selesai, kami bergegas keluar gereja menuju parkiran mobil di depan gereja. Suasana di halaman gereja dan parkiran sudah sepi, tidak ada satu jemaat pun yang masih tinggal. Ketika kami sekeluarga berjalan menuju mobil, datanglah dua orang pria menghampiri kami. Yang satu masih agak muda, dia adalah tukang parkir. Yang satunya sudah tua dan dia adalah tukang becak.
                Si tukang becak tersebut segera menawari kami tumpangan. Katanya, “becak, mbak?” Lalu aku cuma tersenyum sambil menggeleng. Setelah aku berlalu, papaku lah yang ditawarinya tumpangan. Katanya, “becak, boss?” Papaku menolak, “mboten, pak.” Aku merasa iba dan kasihan melihat si tukang becak yang sudah tua itu tidak mendapat penumpang. Dia terlihat sudah tua dan berbaju alakadarnya. Becaknya pun sudah tua sama seperti orangnya dan penampilan fisik dari becaknya sudah jelek, sudah penuh tambal-tambalan, sudah tidak menarik seperti becak-becak lainnya. Secara manusiawi, aku bisa ‘ngerasain’ gimana rasanya jadi tukang becak yang nawarin jasanya sama orang terakhir yang keluar dari gereja, tapi akhirnya ditolak. Aku lihat ada kekecewaan di wajah bapak itu dan itu pasti. Aku bisa ngerasain hopelessnya dia gimana. Sekeliling gereja sudah sepi, sudah tidak ada lagi jemaat yang masih tinggal di gereja. Sekeliling gereja pun sudah tidak ada lagi tukang becak yang ‘berburu’ penumpang. Hanya dialah satu-satunya tukang becak yang masih ‘berburu’ penumpang di gereja. Dan ketika dia menghampiri kami, kami pun menolak menggunakan jasa becaknya karena kami sudah membawa kendaraan pribadi.
                Aku sempat bergumul dengan hati kecilku, apakah sebaiknya aku memberikan uang di kantongku, yang memang tidak banyak, hanya 20ribu rupiah kepada tukang becak tersebut secara cuma-cuma atau tidak. Ketika sudah di dalam mobilpun aku masih bergumul. Aku bingung. Ternyata yang merasakan pergumulan itu bukan hanya aku, tapi mama dan papaku juga. Mamaku mengambil inisiatif untuk memberi uang kepada tukang becak tersebut uang secara Cuma-Cuma. Mama meminta papa memberikan 20ribu rupiah ke tukang becak tersebut.  Tukang becak itu terlihat sangat gembira ketika diberi uang oleh papa secara Cuma-Cuma.
                Setelah aku merenungkan pengalaman pribadiku ini, ada banyak hal yang aku dapat. Pertama, menolong orang lain, membuat dan melihat orang lain bahagia karena bantuan atau kehadiran kita ternyata sungguh2 touching.So, jangan ragu untuk membantu atau menolong orang yang benar-benar membutuhkan, apalagi jika orang tersebut ada di depan kita. Jujur, aku menyesal karena aku nggak langsung ambil inisiatif pada saat itu juga untuk memberikan tukang becak tersebut uang sakuku. Yang kedua, kalau kita pingin menolong orang, nggak usah yang memikirkan yang jauh-jauh dulu. Karena apa? Karena justru banyak sekali orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan dari kita, tetapi kehadiran mereka yang ada di dekat kita, justru sering membuat mereka terlupakan. Kita terlalu sering memikirkan yang jauh-jauh. Padahal kita lupa, kalau di sekitar kita justru banyak sekali orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita supaya berkat dan Kabar Gembira itu tidak hanya berhenti di diri kita, melainkan mereka pun dapat merasakan berkat dan Kabar Gembira dari Tuhan melalui diri kita.

                HAPPY WEEKEND!! GOD BLESS YOU ALL.              

Senin, 15 September 2014

Ant

Some days ago, I observed some ants in my bedroom. This was actually for Introduction of General Linguistic assignment but I was interested in it.
How I observed them was actually simple. I just put some crumb in the floor just after I woke up. LOL. I stayed in my bed, waiting for them patiently.
Not so long, the first ant came. It observed the crumb. It seemed to (maybe) bite the crumb. After a moment, it left the crumb and went away. When it went away, I saw it walked by making pola. I supposed it called its friends, made a pola to make it easier come back and I was right! Another ant came and observed the crumb. The second ant did not come by following the pola the first ant had left. It came from another side. I supposed it caught the signal that first ant gave. A few minutes later, the first ant came back (I saw it came back to the food source by following the 'trace' that it had left before. The 'trace' itself had a pola, like zigzag). Some ants came closer afterwards, but they could not reach the food. Honestly, I was rather confused about this matter, but I thought it happened because they had lost the signal from the first ant or failed to follow their instinct.
Finally, only two ants which reached the food. The first ant gave instruction to the other to bring the food. It seemed to have a body contact to the other. I guessed the first ant was a little bit "bossy" because it acted like a leader. It led the other, gave instruction, and put the other in order. Ants, even though animal, are in fact like human-beings. They have their own characters. LOL.
What I learn from this observation is how an ant communicates with others. They have a body contact with their friends (they touch the other's head). I suppose it is the way to tell friends something. To call friends or help, it gives a signal and usually it wanders for awhile to spread the signal around its surrounding and I believe it also leaves 'trace' to be followed by others. So, ants communicate using body contact, giving signal to others, and living its 'trace' to be followed by others. :)